Senin, 08 Oktober 2012

baterai


Baterai
Baterai merupakan sel elektrokimia yang dapat menyimpan energi dan mengubahnya manjadi energi listrik. Baterai sekali pakai disebut juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai sekunder. Elemen primer terdiri dari elemen basah dan elemen kering. Reaksi kimia pada elemen primer yang menyebabkan elektron mengalir dari elektroda negatif (katoda) ke elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik arahnya. Maka jika muatannya habis, maka elemen primer tidak dapat dimuati kembali dan memerlukan penggantian bahan pereaksinya (elemen kering). Sehingga dilihat dari sisi ekonomis elemen primer dapat dikatakan cukup boros. Contoh elemen primer adalah batu baterai (dry cells).

Elemen sekunder dalam pemakaiannya harus diberi muatan terlebih dahulu sebelum digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik (secara umum dikenal dengan istilah 'disetrum'). Akan tetapi tidak seperti elemen primer, elemen sekunder dapat dimuati kembali berulang kali. Elemen sekunder ini lebih dikenal dengan aki. Dalam sebuah aki berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (bolakbalik) dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel yaitu di dalam aki saat dipakai berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging). Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik menjadi tenaga kimia (charging) [1].





 Karakteristik baterai
Tiga catatan penting yang bisa menjadi pokok perhatian dari sebuah baterai yaitu tegangan, kapasitas dan efisiensinya [4].
1.      Tagangan
Sebuah sel memiliki tegangan open circuit  kira-kira 12 Volt. Nilai ini tidaklah tetap, tetapi tergantung pada lama waktu pengisian, dan konsentrasi elektrolit.
2.      Kapasitas
Kapasitas diukur dalam Ampere-hour (Ah), dan selalu diberikan dari  nilai arus pengosongan. Bagaimanapun juga kapasitas tergantung pada dua hal berikut :
a)      Nilai pengosongan
Kapasitas baterai turun jika arus pengosongan bertambah naik. Arus pengosongan yang cepat akan mengakibatkan jatuhnya tegangan pada sel karena resistansi.
b)      Temperatur
Pada temperatur yang tinggi laju reaksi kimia dalam sel sksn berjalan labih baik, resistansi dari asam akan menurun, dan adanya difusi yang baik dari elektrolit. Hal-hal tersebut memberikan gambaran bahwa temperatur tinggi dapat menguntungkan bagi baterai asam timbale, akan tetapi sebenarnya tidak, karena pada temperatur tinggi zat asam akan merusak kontainer keasaman baterai, dan pemisah antar sel, serta pelat-pelat terminal dengan cepat berubah menjadi timbal sulfat. Begitu juga sebaliknya jika suhu rendah, laju reaksi kimia akan menurun sehingga resistansi akan naik. Jika suhu terus menerus turun hingga titik beku maka kapasitas baterai bisa saja menjadi nol, walaupun muatan baterai terisi penuh.


c)      Densitas atau kerapatan elektrolit
Kapasitas baterai akan meningkat seiring dengan  naiknya densitas elekrolit, karena densitas ini mempengaruhi hembatan dalam baterai dan laju reaksi.
d)     Kuantitas dari zat material aktif
Semakin besar kunatitas zat material aktif yang terdapat dalam plat maka kapasitas baterai juga akan semakin besar.
3.      Efisiensi



Efisiensi dapat dikategorikan menjadi efisiensi dalam kuantitasnya Ampere-hour (Ah) dan efisiensi dalam energinya –watt-hour (Wh). Efisiensi dalam Ah tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan, baik sewaktu melakukan pengisian maupun pengosongan, begitu juga efisiensi Wh. Efisiensi Wh selalu lebih kecil dibandingkan efisiensi Ah karena beda potensial rata-rata selama pengosongan lebih kecil dari pada saat pengisian. Biasanya selama pengosongan ggl baterai akan turun dari 2,1 V ke 1,8 V, sedangkan saat pengisian akan naik dari 1,8 V ke 2,6 V.
                                         (2.1)

Normalnya efisiensi sel baterai asam timbal berkisar antara 90 sampai 95 % artinya kita harus memberikan 100 Ah setelah kita mengambil 90 – 95 Ah dari baterai tersebut. Efisiensi Ah yang bisa diberikan oleh baterai bisa menurun disebabkan oleh dihasilkannya gas selama pengisian, selain itu juga disebabkan pengosongan dengan sendirinya dari pelat-pelat akibat reaksi kimia secara lokal, kemudian bisa disebabkan oleh adanya arus bocor karena insulator antara sel-sel batang mengalami kerusakan. Efisiensi  Wh biasanya 72 – 80 %. Jika diberikan efisiensi Ah, maka efisiensi Wh dapat kita peroleh dari hubungan berikut :
                            (2.2)
Dari pernyataan diatas, jelas bahwa naiknya tegangan selama pengisian atau turunnya tegangan selama pengosongan juga menurunkan efisiensi Wh.
Adapun grafik karakterisitk baterai adalah sebagai berikut :

Menghitung Ukuran Cable ( Cable Sizing Calculation )

Menentukan ukuran kabel juga merupakan pekerjaan dari seorang electrical engineer. Semua beban ( Load ) yang akan dialiri listrik menggunaka...